SULAWESITODAY – Jelang lebaran, pedagang emas di Palu keluhkan sepinya pembeli saat corona, ditambah dengan harga emas yang kian meroket berimbas pada omzet menurun. Seperti di toko-toko emas seputaran Pasar Tua kecamatan Palu Barat ini misalnya terlihat lesu selama pandemi.
Rahmat pemilik tokoh emas ‘Golden Star’ mengaku bahwa pandemi corona sangat mempengaruhi omzet dari penjualan emas hingga 70 persen.
Ia juga mengaku meski harga emas kian melonjak, namun dirinya dan pedagang lainnya tetap survive terutama saat menjelang lebaran. Apalagi dalam perdagangan emas ia mengatakan bahwa tak ada strategi apapun yang disiapkan.
“Yah pasaran sepi, omzet pun menurun hingga setenga dari presentase 70 persen,” ungkap Rahmat saat ditemui, Kamis siang 14/5/2020.
Hal senada juga diutarakan pedagang emas lainnya, Ashar. Ia menuturkan bahwa lesunya penjualan emas miliknya membuat omzet usahanya tersebut turun hingga 90 persen
“sebelum corona, saya dapat kurang lebih 2 juta perbulan tetapi sekrang mungki cukuplah untuk uang makan,”jelasnya Ashar.
Tak hanya berdampak pada penjualan emas saja, para pedagang juga merasa khawatir tertular virus saat transaksi pengadaan emas.
“Kita juga tidak berani memesan dari luar, takutnya menularnya dari bahan logam ataupun emas,” ujar Ashar
Selain itu, Agus salah seorang pemilik toko emas ‘kencana’ mengatakan bahwa tokonya sepi bukan hanya karna di sebabkan adanya virus corona tetapi lebih dipengaruhi oleh harga emas yang kian meroket.
“Pokoknya naiknya itu hingga 100 persen lebih. Sebelum corona emas 23 harganya hanya Rp600 sampai Rp700 ribu tetapi sekarang sampai Rp900 ribu per gramnya,” jelasnya
Ashar berharap agar virus ini segera selesai sehingga aktifitas kembali normal
“Harapannya supaya cepat hilang virusnya. Kita semua saling mendoakanlah,” tutupnya. (cr10/cr11/kn)